Hujan
ini, jujur mengingatkan cerita tentang kita. Sebelum kamu pergi menjauh dengan
seorang yang kamu pilih, dengan seorang yang kamu yakini dia lebih segalanya dibanding
aku. Kamu pikir, aku tidak akan merasakan sakit? Baik, aku akan mulai cerita
dimana kita berdua pernah saling berjanji untuk setia, dan menuliskan cerita
hingga waktu itu tiba.
Kamu
ingat, di dekat menara Eiffel sebelum kamu memintaku untuk menjadi penampingmu…
Kamu berjanji untuk selalu berdiri disampingku. Entah apapun yang terjadi, kamu
berjanji akan selalu mencintai. Aku masih ingat semua janjimu yang pernah kamu
ikrarkan sampai kamu melamar aku.. indah ya saat itu? Iya.. Itu yang masih aku
ingat hingga saat ini.
Aku
tau kamu sudah bahagia dengan kehidupan yang jauh kamu pilih… Membiarkan aku
larut dalam luka berbulan-bulan lamanya, aku masih tetap bertahan menyimpan
rasa yang sama. Kamu pikir ini mudah ketika kamu bilang “kamu pasti mendapatkan
laki-laki yang lebih baik dari aku” lantas melepaskan cincin itu dari jari
manismu.
Kamu
tau seberapa lama air mataku terbuang hanya untuk menangisi kepergianmu saat
itu, menahan perasaanku sendiri agar berhenti berfikir tentang kamu. Hingga ada
seseorang yang datang membasuh lukaku, merawatnya hingga sembuh dan melupakan
sepenuhnya tentangmu. Yang membuatku percaya bahwa semua baik-baik saja meski
kamu pergi. Tapi perasaan ini masih sama, masih terbagi untukmu. Naïf? Bukan,
aku berusaha melindungi perasaanku. Darimu.
Saat
aku mulai melepaskan segalanya tentang kamu, merasakan detak jantung bahagia
itu lagi. Kenapa kamu tiba-tiba datang, mengatakan bahwa kamu menyesal
melepaskan aku, meminta untuk menjalin kisah yang dulu lagi… Maaf sayang… Maaf,
kisah kita usai. Mungkin perasaanku masih terbagi antara kamu dan untuknya,
namun maaf sayang… Aku memutuskan untuk mengikrarkan janji di altar bersama
dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar