Sabtu, 22 Desember 2012

Rasa Ini, sekedarnya kah?

Sudah ku bilang bukan? Ini bukan mauku! sama sekali bukan mauku. Aku sudah menentang segala hal, berjuang hanya untuk sesuatu yang apa bisa di bilang pantas di perjuangkan? Aku rasa tidak, bagaimana bisa kamu bilang aku tidak menghargai sedangkan aku enggan menoleh sedikit saja ke arah aku berusaha?
Mungkin aku harus menghilang dulu agar kamu menghargai sebuah perasaan? Itu pun kalau kamu peduli.. Percumakan jika terus aku tentang segala hal ini. Biar saja, segala rasa itu membumbung tinggi. Hingga di raih malaikat. Di tiup jadi ketegaran yang kamu tak akan pernah temui di orang lain.
Aku masih menantikan pelangi, sudah ku serahkan pada hujan... Tapi kurindukan senja.. Senjaku masih di gantikan mendung akhir-akhir ini.. Biar ku rengkuh sendiri sakit dan kecemasan ini..
Biar ku peluk sendiri rasa cinta ini, meski nanti aku beranjak dari tempat sekarang aku berpijak. Melepaskan sandaran untukmu. Suatu saat, ketika aku pergi. Percayalah, bahagiamu bukan aku...

Alasan?

"Seharusnya perbedaan itu menyatukan, bukannya begitu?"

Berapa banyak orang berbicara tentang perbedaan? Baik komitmen, prinsip, sifat... Berapa banyak orang mengelu-elukan tentang perbedaan yang seharusnya menyatukan? Tapi berapa banyak yang menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk berpisah?
Jadi apa sebenarnya perbedaan kalau di definisikan?
Perbedaan yang seharusnya menyatukan,
Perbedaan yang seharusnya saling melengkapi,
Tapi perbedaan pula alasan untuk berpisah.

Tidak sedikit, orang yang berjuang di tengah lelah sebuah perbedaan. Di tengah hiruk pikuk kecemasan perbedaan untuk disatukan. Berharap ada jalan untuk di berikan hasil. Memohon pada Tuhannya untuk segera di berikan jalan keluar.

Perbedaan di hadapkan pada toleransi, pada keyakinan yang akal sehat kadang tak mampu menentang barang sekalipun. Perbedaan adalah hal yang sering di jadikan alasan, bersatu, berpisah, bahkan saling menghancurkan.
Di tengah kecemasan, ku renggut semua titik habis rasaku. Untuk sebuah segala yang berbeda, meski aku tau. Jalan yang kita tuju itu sama.

Selasa, 18 Desember 2012

DI balik perbedaan kami....


Aku kenal dia mungkin belum terlalu lama, sekitaran waktu kuliah semester 2. Itu pun kenalnya ngga sengaja. Dan ya, aku ngga pernah berfikir untuk sedekat ini sama dia. Namanya Putri, gatau mau sebut dia sahabat atau saudara atau memang sebenarnya malah dua-duanya?
Selalu aja ngga pernah bisa normal sama dia kalau uda ketemu, ada aja autisnya. Paling banter kalau kita lagi main uno. Hahahaha. Yang namanya temenan, pasti ada ributnya kan? Pernah diem-dieman, ujung-ujungnya juga kita baikan lagi.
Hina ngga si? Waktu mau sahur on the road Putri nginep di kosan, dia online twitter lewat laptop trus aku lewat HP. Bisa banget ya onlen sebelahan mentionan. Atau kayak dia tiba-tiba cengengesan waktu ketemu di kampus. Dan akhirnya saya pura-pura ngga kenal :p
Banyak sebenarnya kehinaan atau malah kasih sayang? :O entahlah ya, Cuma emang walaupun kadang kalau ketemu ngga sapa-sapaan. Atau malah ngomong sekedarnya aja, tapi tetep aja ujung-ujungnya bakal ngobrol lagi. Hahahhaha.
dari kiri, Faiky, Rara, Putri, Luky

abis renang :D 

abis kelas
no matter what happen to us,
we're will always be friends.



Selasa, 04 Desember 2012

"Jatuh dan Mencinta"

Mungkin berkali aku memilih "Jatuh dan Mencinta" tanpa mengerti makna kedua kata tersebut. Lalu melalang buana, melanjutkan fantasi yang notabenenya masih sebagai tanda tanya. Terkadang hanya perlu menutup mata, lalu biarkan otak berputar membawa semua hal yang ingin ku raih. Di pikir, setiap lembar yang di tulis monoton ya? Pasti berfikir, "memang Tuhan tidak menghapus bagian-bagiannya?"
Berkali terjatuh, belum pecah. Masih retak, untung belum jadi serpihan. Bahkan jaringan urat pun masih memberikan kesempatan untuk satu? Tunggu, ini sebenarnya tentang apa? ini tentang "Jatuh dan Mencinta" ~ pernah dengar tentang "Segala yang terjatuh pasti hancur..." ungkapan ini ada benarnya, setiap jatuh cinta. Secara suka rela menyerahkan segala kekuatan. tanpa tau bagian itu akan di gunakan untuk menghancurkan setiap jengkal pertahanan yang di buat?
Lebih baik mencinta, tapi... Jatuh dan Mencinta itu berhubungan ya? Karna ketika mencintai seseorang, merelakan inti dari serpihan hati. Merelakan luka lama di buka lagi, ya kan?

"Ada manusia, di takdirkan untuk saling mencintai tapi tak dapat memiliki" nah, terhubung lagi bukan? Sekarang pertanyaannya, pilih hancur atau retak? Atau bahkan lebih memilih mencintai, meski rela tidak memiliki? Ah... Lagi-lagi kan berhubungan dengan kata "Jatuh dan Mencinta" ?