Senin, 27 Agustus 2012

"Aku Masih Belum Terbiasa Dengan Caramu Mencintaiku"

Senja, maaf kan kali ini aku torehkan lagi.
tapi kali ini bukan bermaksud untuk mendua, aku merindu hujan.
Bukan bermaksud melupakanmu, sama sekali bukan.
Aku hanya merindukan bagaimana hujan memelukku dan meyakinkan semua baik-baik saja.
Senja,
pernah aku bilang kan?
Aku pernah jatuh cinta pada malam, ada bintang, tapi aku lupa katakan. Aku pernah mencintai hujan, dan itu berlangsung sampai sekarang.
Senja,
bukan bermaksud membandingkanmu dengan beberapa yang pernah aku cintai.
Kamu berbeda,
warnamu pun sudah tak sama.
Aku hanya belum terbiasa melihatmu sepintas lalu menghilang di permukaan laut.
Malam masih melindungiku ketika aku tau, aku hancur dan membiarkan gelapnya sedikit lebih lama agar aku bisa mencaci apa yang ingin ku maki.
Bintang masih membiarkanku menggantung keputusasaanku tapi tidak menghempaskan aku begitu saja ke bumi. Ia titipkan aku lewat angin.
Bahkan hujan, dia memelukku ketika air mata itu turun bersamaan dengan tetesnya.
Senja, maaf..
Aku belum terbiasa.
Belum terbiasa merangkaikan asaku seperti aku rangkaikan kisahku kepada malam.
Kamu berlalu begitu cepat senja. Tapi aku masih menyimpan guratan indahmu.
Meski abstrak,
Tapi aku masih jatuh dan mencinta..
Aku hanya belum terbiasa Senja, iya.. Belum terbiasa dicintai seperti caramu..

Jatuh Cinta Pada Senja

aku pernah jatuh cinta pada malam, dan selalu berharap malam lebih panjang.
aku jatuh cinta pada bintang, sampai saat ini malah.
kenapa?
karna aku bisa gantungkan lukaku setinggi mungkin, lalu aku tau aku akan baik-baik saja.
meski akan ada hujan, tapi tak apa yang jelas aku tau aku baik-baik saja.
tapi kini,
aku jatuh cinta pada senja
warna yang jadi saksi bisu aku mematung disebuah sudut,
bukan bukan.
aku hanya berharap jadi salah satu warna tersebut
iya, sekali lagi aku ungkapkan.
aku jatuh cinta pada senja
yang di jemput oleh malam yang di peluk oleh siang.
meski hanya sebentar setidaknya mampu mengobati lukaku
ah iya,
aku benar-benar terjatuh dan mencinta.
pada senja...
yang terkadang harus ku rindukan hadirnya

Bisik Senja


Senja tak pernah berharap warnanya akan jadi salah satu saksi bisu rindu tak berucap

tak pernah berharap, akan menjadi pembawa pesan kepada angin ketika matahari akan tenggelam
Senja tak pernah beharap, menarik malam dan menghanyutkan cerita malam itu, iya!
Senja hanya tersenyum dan mencium hangat malam lalu membiarkan ia dan bulan bercumbu
cemburu? mungkin, namun malam tak pernah tau
bahkan siang pun kecut menatap senja "pernah kau rasa aku disini menanti?"
Bisik di bawa gemercik air,
Senja masih setia menanti malamnya.. Meski malam memilih untuk memeluk bulan dalam keheningan.

Usang


Ceritanya panjang, masih di peluk kabut
Hanya rindu tertahan lalu di ungkapkan lewat senja
Aku kembali menggoreskan pensilku
Sudah kelewat patah kalau ku bilang
Kertasnya pun masih putih tapi kelewat usang
Yang di torehkan masih sama
Semua di ukir satu persatu
Letih terkadang, memaksa yang kelu tetap bercerita
Ah biarkan dulu ya
Aku ingin kamu membuka lembarnya
Agar kamu tau bahwa waktu menenggelamkan ceritanya
Aku masih ingat betapa aku tertahan
Di satu sisi sedangkan disisi lain memaksaku untuk menyapa
Sekali lagi, menyapa dan itu hanya menyapa
Dan Semenjak malam itu,
Ketika waktu memutuskan rantaiku kepada yang lain dan menahan rasa pada malam
Malam yang akhirnya berujar, hingga tertahan rasa haru ketika ku bilang “iya aku mau…”

Senin, 06 Agustus 2012

Rindu Hujan Terbalaskan Sudah!

masih di tentang?
awan sudah berujar!
hujannya turun sore ini,
kenapa masih di caci?
aku rindu suasananya, aku rindu baunya.
kemarau kemarin meluluh lantakan harapanku!
gesang, kering, tandus.
lalu hanya jadi seonggok tanah kering tanpa harapan.
pecah tak beraturan,
debunya menggangguku! karna itulah kurindukan hujan.
jangan, jangan di hentikan!
jangan kau caci mendungku, disitu ada harapanku.
aku hanya menatap lalu harap cemas
takut mendung hanya berikan harapan palsu.
ah tapi tidak,
peri hujan mendengarku.
tanahku tak lagi tandus, gersang dan kering.
hujan datang ketika rinduku tak tertahan lagi, memupuk semua asa jadi satu.
mendung itu menyimpan senyum, sempat terbisik.
dan ah iya..
rinduku terbalas sudah.