Berulang kali aku membawakan keluh kesahku, tanpa jeda sedikit pun agar membuatmu mengerti bahwa aku takkan bisa...
Berulang kali uraian cerita tanpa koma aku utarkan secara gamblang agar kamu mengerti,
Aku masih terduduk sendiri, memahami kamu... Memahami caramu... Memahami bagaimana sesungguhnya aku dimatamu...
Tapi kali ini,
Sudah habis dayaku... Sudah habis air mataku yang menari hampir setiap hari.
Sudah habis dayaku untuk tetap berdiri dan memintamu terus menjalani cerita yang bahkan aku tak pernah paham kemana segalanya berakhir.
Maafkan, aku yang hampir setiap hari memujimu di depan mereka dengan menutupi segala perasaan yang sebenarnya, bahkan aku jauh dari bahagia.
Letih ini bukan cerita berkelanjutan. Aku memutuskan untuk berdiri bersamamu, disampingmu...
Ah...
Lupakan, segalanya berat.
Bukan aku tidak ikhlas, aku hanya letih memperjuangkan orang yang bahkan tidak melihatku barang sebentar.
Aku masih tidak paham dengan definisi ini,
Antologi yang masih jadi tanda tanya besar dengan bualan "Happy Ending"
Bagaimana menurutmu tentang "Sayang yang Menguasai"
Aku bukan seseorang yang bisa terus berdiri disampingmu, selama ini sudah cukup kamu memporak porandakan seluruh ruang hati dan hidupku. Memaksaku untuk mencintai kamu yang bahkan kamu lupa setiap kepingan cerita yang aku punya, itu akan masuk dalam kehidupanku.
Kamu memaksaku untuk dewasa, namun berbatas dengan asa yang kamu miliki.
Bukan sepihak, aku hanya letih membawa "Kita" kalau akhirnya kamu kembalikan lagi menjadi "Cuma Tentang Aku"
Tapi kali ini, tengok aku!
Masih berbekaskah cerita yang aku berikan?
Aku pernah menobatkan kamu sebagai yang terindah, sebagai seseorang yang lebih baik dari ceritaku yang kini sudah ku bakar habis.
Harapan itu kamu bakar sendiri, kamu hapus sendiri. Dengan gantinya kamu menyalahkan aku yang melakukan itu semua. AKU PENYEBAB ITU SEMUA.
Memang ini semua salahku, seharusnya aku berhenti mencinta.. Setelah terluka, boroknya masih basah... Dan kamu menambahkan lagi luka, tepat di sesuatu yang aku sebut dengan hati.
Sadar?
Kamu penyebab aku berubah,
Kamu penyebab aku berpaling,
Kamu penyebab aku mengubur hidup-hidup asa yang pernah ada.
Kamu penyebab aku menarik kata-kata bahwa kamu lebih baik..
Aku menyerah... Iya aku menyerah menambah luka...
Minggu, 07 Juli 2013
Sudut Tanpa Batas...
Ga perlu cari tau, seberapa lama aku akan berdiri disisi yang sama di tengah letih dan jenuhku.
Ga perlu cari tau, seperti apa aku dan kamu nanti.
Ga perlu cari tau, apa aku masih bisa mendampingi kamu dan masa depanmu nanti.
Semua masih abu-abu,
Sama seperti keyakinan aku yang mulai terbengkalai tak berbekas di sudut ruangan gelap tanpa sorot lampu akhir-akhir ini.
Seberapa bisa aku bernyanyi merdu namun sendu yang nantinya di dengar malaikat maut dari dunia sana.
Iya,
Kamu ga perlu cari tau, kamu cukup lihat aku masih berdiri di sisi yang sama.
Masih mengumpulkan keberanian untuk berjalan, entah mendekat atau menjauh..
Kamu ga perlu cari tau apa aku akan berhenti sambil melepaskan kepingan harapan yang sudah mulai tumbuh lalu menghilang.
Ini sebuah antologi,
Untuk apa melibatkan aku jika ini semua tentang kamu dan hidup kamu?
Untuk apa kamu mencari tau segala hal yang terjadi jika kamu membebani pikiranku sedemikian rupa?
Harapan itu usang, iya... Lembar baruku hanya tinggal selembar, pensilku hampir patah. Sedang penghapusku di sembunyikan Tuhan entah dimana.
Maaf... Maaf... Jika masih kurang menyentuh batinmu dengan segala perjuangan yang bahkan hanya kau lihat sepintas,
Maaf... Maaf... Jika anggapanmu tentang perjuanganku hanya dilihat sebagai "menguasai"
Setidaknya Tuhan tau,
Seberapa sering aku meneteskan air mata dan berujar aku ga sanggup tapi masih di kokohkan dengan cinta abadiNya.
Seberapa sering aku memutuskan pergi tapi dikembalikan lagi dijalan yang sama.
Iya,
Aku minta maaf.. Untuk segala hal yang masih tak mampu aku sentuh dengan tangis, dan cerita yang bahkan kamu belum tentu peduli..
Ini masih ruang gelap, di sudut ruangan, tanpa batas. Dan hanya asa yang menguap...
Ga perlu cari tau, seperti apa aku dan kamu nanti.
Ga perlu cari tau, apa aku masih bisa mendampingi kamu dan masa depanmu nanti.
Semua masih abu-abu,
Sama seperti keyakinan aku yang mulai terbengkalai tak berbekas di sudut ruangan gelap tanpa sorot lampu akhir-akhir ini.
Seberapa bisa aku bernyanyi merdu namun sendu yang nantinya di dengar malaikat maut dari dunia sana.
Iya,
Kamu ga perlu cari tau, kamu cukup lihat aku masih berdiri di sisi yang sama.
Masih mengumpulkan keberanian untuk berjalan, entah mendekat atau menjauh..
Kamu ga perlu cari tau apa aku akan berhenti sambil melepaskan kepingan harapan yang sudah mulai tumbuh lalu menghilang.
Ini sebuah antologi,
Untuk apa melibatkan aku jika ini semua tentang kamu dan hidup kamu?
Untuk apa kamu mencari tau segala hal yang terjadi jika kamu membebani pikiranku sedemikian rupa?
Harapan itu usang, iya... Lembar baruku hanya tinggal selembar, pensilku hampir patah. Sedang penghapusku di sembunyikan Tuhan entah dimana.
Maaf... Maaf... Jika masih kurang menyentuh batinmu dengan segala perjuangan yang bahkan hanya kau lihat sepintas,
Maaf... Maaf... Jika anggapanmu tentang perjuanganku hanya dilihat sebagai "menguasai"
Setidaknya Tuhan tau,
Seberapa sering aku meneteskan air mata dan berujar aku ga sanggup tapi masih di kokohkan dengan cinta abadiNya.
Seberapa sering aku memutuskan pergi tapi dikembalikan lagi dijalan yang sama.
Iya,
Aku minta maaf.. Untuk segala hal yang masih tak mampu aku sentuh dengan tangis, dan cerita yang bahkan kamu belum tentu peduli..
Ini masih ruang gelap, di sudut ruangan, tanpa batas. Dan hanya asa yang menguap...
Langganan:
Postingan (Atom)