“Otak : gimana?
Hati : apanya?
Otak : ya akhirnya kamu gimana ?
Hati : sebagian hidupku butuh dia
Otak : sama”
entah,
rasa yang sama muncul lagi,
ngga peduli seperti apa dia, yang kita tau adalah kita sayang sama dia bukan?
meski akhirnya,
dari dua kubu itu saling serang ego. berkali-kali jatuh di orang yang salah, ah bukan bukan salah. di waktu yang salah lebih tepatnya, meski ada di antara mereka yang terbaik. tapi selalu saja dengan ending yang sama.
menyerah? iya, akhirnya menyerah dan memilih berdamai dengan waktu. memulai berdamai dengan melupakan hal-hal konyol yang terjadi kemarin.
menyerah membuat harapan itu dan menyerahkan semua hal yang belum mampu suatu saat akan sama ceritanya.
sekali lagi, disini aku bukan curhat.
tapi berapa sih di antara kalian yang memutuskan untuk naif sama perasaan sendiri? menunggu sesuatu yang jelas-jelas jauh dan ya.. mungkin ga akan pernah tergapai lagi?
yakin,
pasti ada kan selisih paham antara otak sama hati yang sama-sama kadang ga pernah bisa sinkron? hati memutuskan sayang, tapi otak? masih memaksa untuk mempertimbangkan segala hal. apalagi kalau pernah ngerasain gimana mental down. dan akhirnya, ga bisa ngelawan rasa trauma itu sendiri. aku pun juga punya ketakutan tersendiri, tapi? kita ga pernah tau apa yang terjadi nanti. aku cuma berhenti untuk jadi sosok naif, iyaa. pada akhirnya aku memaksa otak mengakui "hey, aku juga sebenernya butuh dia"
1 kata
BalasHapus"kagum"
km sosok yg kuat meskipun rapuh